Petani Tubaba Merana, Harga Singkong Anjlok: Pilih Tebu, Sawit, atau Gigit Jari?  

- Jurnalis

Kamis, 14 Agustus 2025 - 08:08 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Panaragan, Seruntingnews .Id – Jerit petani singkong di Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) kian pilu. Harga singkong yang terjun bebas memaksa mereka mengambil langkah ekstrem: banting setir ke komoditas lain. Tebu, sawit, karet, cokelat, kopi, hingga buah-buahan eksotis seperti alpukat, mangga, dan kelengkeng kini jadi harapan baru di tengah badai kerugian. Kamis(14/8/)

Samsuri (45), warga Pulung Kencana, adalah salah satu potret getir petani Tubaba. Dua hektar lahannya kini sepenuhnya ditanami tebu dan sawit. “Lebih banyak untung tebu daripada singkong,” ujarnya dengan nada getir. Baginya, ini bukan sekadar pilihan ekonomi, tapi soal keberlangsungan hidup keluarga.

Baca Juga :  The Changing Face of America: How Demographic Shifts are Reshaping the Nation

Dewansyah (52), dari Kecamatan Tulang Bawang Tengah, senada dengan Samsuri. Ia menyebut tebu sebagai “solusi terbaik”. Bagaimana tidak, dengan masa tanam 10-11 bulan, petani bisa meraup untung sekitar Rp20 juta per hektar. “Sekali tanam, empat kali panen,” imbuhnya.

ADVERTISEMENT

iklan

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun, harapan tak selalu berjalan mulus. Marsudi (55), warga Kagungan Ratu, mengingatkan risiko kebakaran yang mengintai kebun tebu saat musim kemarau. “Daun tebu itu mudah sekali terbakar, apalagi kalau sudah mau panen,” katanya.

Baca Juga :  Penyambutan Hangat dan Haru Jamaah Haji Tubaba Pulang dari Tanah Suci

Sukri (43), dengan tiga hektar lahan, memilih diversifikasi komoditas. Sawit, cokelat, dan karet menjadi andalannya. “Singkong sudah tidak menjanjikan lagi. Kalau masih tanam singkong, ya rugi,” tegasnya.

Anjloknya harga singkong bukan sekadar angka-angka statistik. Ini adalah kisah tentang harapan yang pupus, perjuangan untuk bertahan hidup, dan keberanian untuk mencari jalan keluar. Di balik hijaunya kebun tebu dan sawit, tersimpan keringat dan air mata petani Tubaba yang merindukan senyum di hari esok, (Red)

Loading

Berita Terkait

Gelombang Protes Guncang Tubaba: Wartawan Pertanyakan Misteri Anggaran Kominfo
Tangis Tubaba di Persimpangan Jalan: Ketika Kami, Jurnalis, Meratap di Tanah yang Gersang
Media Tubaba Bersatu Siap Geruduk Pemda dan DPRD, Tuntut Transparansi Anggaran Kominfo Berlanjut Senin
Suhunan Riah: Simbol Ecofeminisme yang Mengakar di Uluan Nughik
Bupati Tubaba Rombak Kabinet: 13 Pejabat Eselon II Dilantik, Kinerja Jadi Prioritas
Derita Jantung Bocor, Bayi baru lahir 20 Hari asal Tubaba menanti Uluran Tangan Pemerintah dan Dermawan|
“Sorotan Tajam KPK RI Ungkap Carut Marut Pengelolaan Aset dan Potensi Kehilangan PAD di Tubaba.”L
Program 1 Pejantan & 10 Betina Strategi Desa Bebas Stunting dan Kemiskinan Muncul ide di RAKORNAS BAZNAS 2025

Berita Terkait

Senin, 8 September 2025 - 17:39 WIB

Gelombang Protes Guncang Tubaba: Wartawan Pertanyakan Misteri Anggaran Kominfo

Minggu, 7 September 2025 - 10:16 WIB

Tangis Tubaba di Persimpangan Jalan: Ketika Kami, Jurnalis, Meratap di Tanah yang Gersang

Minggu, 7 September 2025 - 09:17 WIB

Media Tubaba Bersatu Siap Geruduk Pemda dan DPRD, Tuntut Transparansi Anggaran Kominfo Berlanjut Senin

Kamis, 4 September 2025 - 19:36 WIB

Suhunan Riah: Simbol Ecofeminisme yang Mengakar di Uluan Nughik

Kamis, 4 September 2025 - 16:11 WIB

Bupati Tubaba Rombak Kabinet: 13 Pejabat Eselon II Dilantik, Kinerja Jadi Prioritas

Berita Terbaru