Jeddah, Arab Saudi ,Seruntingnews.Id. – Pesulap terkenal Indonesia, Limbad, mengalami pengalaman tak terduga saat tiba di Bandara Internasional King Abdulaziz, Jeddah, untuk menunaikan ibadah umrah. Penampilannya yang khas—rambut panjang terurai, berjubah hitam, wajah datar, dan gigi taring permanen yang mencolok—menarik perhatian petugas imigrasi. Alih-alih disambut ramah, Limbad justru sempat ditahan dan diperiksa lebih lanjut.
Menurut laporan berbagai media, insiden bermula saat Limbad melewati pemeriksaan imigrasi. Penampilannya yang jauh dari kesan “biasa” membuat beberapa petugas merasa tidak nyaman. Seorang petugas bahkan dilaporkan berteriak, “Syaiton! Syaiton!” (Setan! Setan!), menunjukkan reaksi terkejut dan mungkin sedikit ketakutan terhadap penampilan Limbad yang dianggap menyeramkan.
Suasana sempat tegang. Limbad, yang dikenal jarang berbicara, menunjukkan sikap tenang namun tegas. Ia mencoba menjelaskan identitasnya kepada petugas imigrasi. Berbeda dari biasanya, Limbad berbicara, meskipun hanya dengan kalimat sederhana dalam bahasa Inggris: “I’m an Indonesian artist.” Untuk memperkuat penjelasannya, ia menunjukkan video dirinya tampil di berbagai acara televisi Indonesia melalui telepon genggamnya. Video tersebut menampilkan aksi-aksi sulapnya yang spektakuler, membuktikan profesinya sebagai seorang artis.
Setelah melihat bukti dan penjelasan dari Limbad, petugas imigrasi akhirnya meyakini identitasnya. Setelah pemeriksaan tambahan yang memastikan tidak ada pelanggaran hukum, Limbad akhirnya diizinkan melanjutkan perjalanan menuju Mekkah untuk melaksanakan ibadah umrah.
Kejadian ini pertama kali dibagikan oleh komedian Abdur Arsyad melalui podcast-nya, yang kemudian viral di media sosial dan telah ditonton lebih dari satu juta kali. Beragam komentar bermunculan, sebagian besar warganet menganggap kejadian ini lucu, sementara yang lain membela penampilan unik Limbad yang memang sudah menjadi ciri khasnya selama berkarir di dunia hiburan. Insiden ini menjadi sorotan menarik, menunjukkan bagaimana perbedaan budaya dan persepsi dapat menyebabkan kesalahpahaman, bahkan di tempat suci seperti Mekkah.
Penulis : Red
Editor : Aan